tUGaZ-tU9aZ s0FtZkiL

Kamis, 14 April 2011

n0uN cLaUseS

NOUN CLAUSES 
 
Noun clause adalah cClause yang digunakan sebagai pengganti noun atau berfungsi sebagai noun (kata benda. Noun clause dalam kalimat pada umumnya digunakan sebagai subject dan object kalimat.
Noun clause dapat diawali oleh:
Sehingga pola dari noun clause adalah:
Question word/conjunction/that + subject + verb + …

A. Noun Clauses diawali dengan Question words

Dalam How to Address Questions sudah dibahas tentang penggunaan kata tanya baik dalam membuat information questions maupun dalam membuat embedded questions.  Embedded questions tersebut adalah noun clause. Dalam section ini diberikan contoh tambahan untuk merefresh memori anda.

1. Single question words.

Contoh:
  1. Where she is now is still unknown.
  2. When they arrive is still uncertain.
  3. I know what you did last summer and I still know what you did last summer are two Hollywood movies starred by Jennifer Love Hewitt. Perhatikan: dalam kalimat ini, noun clause what you did last summer menjadi object dari I know dan I still know, dan setelah digabung dengan: are two Hollywood movies starred by Jennifer Love Hewitt, menjadi subject majemuk dari kalimat.
Noun clause dapat ditempatkan diawal kalimat (sebagai subject) atau sebagai object. Jika anda ingin merubah posisi noun clause dari subject kalimat menjadi object kalimat, biasanya dibutuhkan pronoun it atau sedikit modifikasi kata. Contoh di atas menjadi:
  1. It is still unknown where she is now.
  2. Do you know when they arrive?
  3. Two Hollywood movies starred by Jennifer Love Hewitt are I know what you did last summer and I still know what you did last summer. Karena merupakan judul movies, noun clause what you did last summer tidak perlu diputar posisinya.
Note:
a) Clause yang diawali oleh question words tertentu (i.e. when, whenever, where) juga dapat berfungsi sebagai adverbial clause.
Contoh:
  1. I was reading a book when the phone rang.
  2. I went to where I and my ex girlfriend had been last weekend.
  3. I suddenly get nausea whenever I see his face. (nausea = mual/mau muntah).
Contoh yang lain dapat dibaca di topik: Conjunctions.
b). Clause yang diawali oleh question words tertentu (i.e. who, whom, whose + noun) juga dapat berfungsi sebagai adjective clause. Dalam hal ini, kata tanya tersebut sebenarnya adalah relative pronoun. Well, jangan terlalu dipusingkan dengan istilah. Yang penting anda mengerti pola/struktur kalimatnya. Tapi, jika anda penasaran, silakan baca topic adjective clauses.
Contoh:
  1. I think you whom Mr. Dodi was looking for. (Saya kira kamu (orang) yang pak Dodi sedang cari-cari tadi).
  2. Mr. Dodi, who is a teacher, was looking for you at school.
  3. Rommy, whose book was stolen last week, just bought another new book yesterday.
Lantas, bagaimana cara membedakan apakah itu noun clause, adverbial clause, atau adjective clause? Jawabannya sederhana. Noun clause dapat digantikan dengan pronoun it, sedangkan adverbial clause dan adjective clause tidak. Noun clause menjawab pertanyaan what dan who/whom; Adverbial clause menjawab pertanyaan when, where, how (termasuk how much, how often, ect), dan why. Adjective clause (i.e. kata sifat yang berbentuk clause) menerangkan noun, dan relative pronounnya (i.e. who, that, ect.) dalam bahasa Indonesia berarti “yang“. Adverbial clauses sudah disinggung pada pembahasan tentang conjunctions. Khusus untuk perbedaan noun clause dan adjective clause dapat dibaca di topik: Perbedaan Noun Clause dan Adjective Clause.

2. Question words + ever/soever

Kecuali how, diakhir question words dapat ditambahkan ever atau soever menjadi whenever = whensoever, whatever= whatsoever, dan seterusnya. Arti ever atau soever di sini sama, yaitu saja/pun, tinggal dikombinasikan dengan kata tanya di depannya. Sedangkan, how+ever menjadi however (i.e. adverb atau juga disebut kata transisi yang berarti namun/walapun demikian) tidak termasuk dalam katagori ini.
Contoh:
  1. We will accept whatever you want us to do. (Kami akan menerima/melakukan apa saja yang kamu ingin kami lakukan).
  2. Whoever can melt her feeling is a very lucky guy. (melt = meluluhkan). Be careful: guy (dibaca gae)= laki-laki, sedangkan gay (dibaca gei) = fag = homo.
  3. She has agreed to wherever the man would bring her. (Dia telah setuju kemanapun pria itu membawanya pergi). Note: in speaking (informal), preposition (dalam hal ini to, etc.) biasanya diletakkan di ujung kalimat. She has agreed wherever the man would bring her to.

3. Question words + nouns

Question words + nouns yang sering digunakan antara lain: what time (jam berapa), what day (hari apa), what time (jam berapa), what kind (jenis apa), what type (tipe apa), whose + nouns (i.e. whose car, whose book, ect.), dan seterusnya.
Contoh:
  1. I can’t remember what day we will take the exam.
  2. As long as I am faithful, she doesn’t care what type of family I come from. (faithful = setia).
  3. Do you know what time it is?
  4. I don’t know whose car is parked in front of my house.

4. Question words + adjectives

Question words + adjectives yang sering digunakan antara lain: how long (berapa panjang/lama), how far (berapa jauh), how old (berapa tua/umur), ect.
Contoh:
  1. Man! She still looks young. Do you know how old she actually is?
  2. I am lost. Could you tell me how far it is from here to the post office?
  3. What a jerk. He didn’t even ask how long I had been waiting for him.

5. Question words + determiners.

Question words + determiners yang sering digunakan adalah: how many (berapa banyak) dan  how much (berapa banyak). Remember: how many diikuti oleh plural nouns, sedangkan how much diikuti oleh uncountable nouns.
Contoh:
  1. Is there any correlation between how good he or she is in English and how many books he or she has?
  2. How much your English skill will improve is determined by how hard you practice.

6. Question words + adverbs.

Question words + adverbs yang sering digunakan adalah: how often (berapa sering), how many times (berapa kali) ect.
Contoh:
  1. No matter how often I practice, my English still sucks. (Tidak memandang berapa kali saya latihan, bahasa Inggris saya masih jelek). Suck (informal verb) = jelek/tidak baik; arti suck yang lain: mengisap.
  2. I don’t want my parents to know how many times I have left school early. (leave school early = bolos).

7. Question words + infinitives.

Jika question words langsung diikuti oleh infinitives, invinitives tersebut mengandung makna shouldcan/could. Perhatikan bahwa subject setelah question words dihilangkan. atau
Contoh:
  1. She didn’t know what to do = She didn’t know what she should do. (Dia tidak tahu apa yang seharusnya dia lakukan).
  2. Please tell me how to get the train station from here = Please tell me how I can get the train station from here.
  3. We haven’t decided when to go to the beach = We haven’t decided when we should go to the beach.
  4. Marry told us where to find her = Marry told us where we could find her.

B. Noun clauses diawali dengan whether/if

Whether bisa diikuti oleh OR/NOT bisa juga tidak; makna kalimat biasanya sama walaupun OR/NOT tidak disebutkan (ini tergantung konteks kalimat). Untuk penggunaan if, selain telah dibahas di topic conjunctions, juga telah dibahas di topic conditionals. Note: whether pelafalannya sama dengan weather (cuaca), tulisannya juga mirip. Be careful, jangan sampai tertukar.
Contoh:
  1. I am not sure whether she is coming or not = I am not sure whether or not she is coming = I am not sure whether she is coming. (Saya tidak yakin apakah dia akan datang atau tidak).
  2. We can’t decide whether we should go out or stay home. = We can’t decide whether to go or (to) stay home. Perhatikan, infinitives juga dapat digunakan setelah whether.
  3. I am not sure whether I should take economics or law after I graduate from high school. (Saya tidak yakin apakah saya harus ngambil Ekonomi atau Hukum setelah lulus SMA nanti).
  4. If you take economics, I will take economics. On the other hand, if you take law, I will take law too.

C. Noun clauses diawali dengan that/the fact that

Di sini that berarti bahwa, sedangkan the fact that berarti fakta bahwa. Sedangkan, that dalam adjective clauses berarti yang.
Contoh:
  1. That she has had a PhD degree at the age of 20 surprises a lot of people = It surprises a lot of people that she has had a PhD degree at the age of 20.
  2. It is the fact that the world is round = the fact that the world is round is well known.
  3. It was obvious that she was very sick = The fact that she was very sick was obvious.
  4. It seems that it is going to rain soon.
posted by aNnN-beLL at 17.29 0 comments

Senin, 11 April 2011

Gedung Mewah vs Uang Rakyat

Dari judul diatas, dalam penulisan kali ini, akan dibahas mengenai pendapat dari akan dibangunnya gedung baru untuk anggota DPR

Seluruh masyarakat Indonesia pasti sudah mengetahui tentang adanya rencana pembangunan gedung baru untuk anggota dewan DPR. Banyak pro dan kontra yang terjadi mengenai hal tersebut. Penyebab pemicu yang mendasari adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan pemerintah jika pembangunan itu tetap dilaksanakan. Kabarnya biaya yang akan dikeluarkan bisa sampai triliunan rupiah. Terlebih lagi jika mendengar isu yang beredar bahwa gedung DPR yang baru akan dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap seperti akan adanya kolam renang, SPA dan yang lainnya. Mendengar hal tersebut banyak spekulasi dari masyarakat yang beredar. Pertanyaan yang mendasar adalah untuk apa failitas tersebut diadakan?

Meski masyarakat banyak yang tidak menyetujui pembangunan ini, tetapi sepertinya anggota dewan tidak mengindahkan hal tersebut. Mereka akan tetap melakukan pembangunan gedung baru. Mengenai fasilitas, mereka mengklaim jika hal tersebut memang dibutuhkan mengingat adanya anggota dewan yang bekerja sampai malam. Mereka pun mengatakan bahwa gedung yang sekarang sudah tidak memadai. Mereka membutuhkan gedung yang lebih luas karena akan ada penambahan tenaga ahli dari 2 menjadi 5 orang.

Saya sendiri tidak menyetujui pembangunan tersebut. Hal itu mendasari jika dilihat dari segi ekonomi Indonesia yang memang belum cukup baik untuk pembangunan sebuah gedung mewah. Tidak etis jika pemerintah tetap bersikukuh untuk membangun gedung tersebut. Masih banyak hal lain yang lebih bermanfaat yang lebih bisa dilakukan dengan uang yang digunakan untuk membangun. Apakah layak jika pemerintah mendirikan gedung mewah sedangkan masih banyak sekolah-sekolah yang ambruk atau bahkan tidak layak digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar? Padahal sekolah-sekolah tersebut sudah lama tidak mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Itu lebih penting daripada memikirkan pembangunan sebuah gedung mewah. 

Intinya adalah pemerintah sanggup membangun gedung mewah untuk anggota DPR yang notabene telah memiliki kecukupan dalam hal materiil, tetapi untuk pembangunan sekolah? Sungguh miris jika hal tersebut benar-benar terjadi.


DPR merupakan wadah aspirasi rakyat. Sekarang rakyat sedang menggunakan hak aspirasinya, tetapi apakah hak tersebut akan didengar? 


Mengenai gedung yang sekarang kurang memadai, sebenarnya menurut saya pemerintah hanya perlu memperbaikinya saja tanpa perlu membangun sebuah gedung baru. Misalnya dibutuhkan perluasan gedung karena penambahan jumlah tenaga ahli, hal itu bisa diatasi dengan memperluas gedung saja. Sedangkan mengenai fasilitas yang mungkin akan diadakan, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Sampai sekarang saya menilai kinerja anggota dewan DPR belum memuaskan. Walaupun tidak semua anggota dewan seperti itu, tetapi hal tersebut sudah dibuktikan oleh beberapa anggota dewan. Banyak yang tertidur saat rapat paripurna, bahkan beberapa waktu lalu, ada anggota dewan yang kedapatan melihat foto-foto seronok saat rapat berlangsung, ditambah lagi belum ada perbaikan signifikan dalam pemerintahan di negara ini. Jadi jangan salahkan masyarakat jika menilai anggota dewan yang memiliki kinerja kurang bagus.


Jadi apakah layak mereka mendapatkan fasilitas mewah dengan kinerja yang seperti itu? itu tidak adil bagi masyarakat mengingat uang yang digunakan adalah uang rakyat.


Masih banyak hal yang perlu dibenahi selain pembangunan gedung baru. Lebih baik membangun fasilitas yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat atau bahkan bisa juga digunakan untuk membayar hutang negara yang selalu meningkat.


Seharusnya pemerintah lebih selektif dalam menggunakan uang negara mengingat keadaan perekonomian saat ini sedang tidak stabil. Untuk kedepannya diharapkan pemerintah lebih mengutamakan kepentingan rakyat tanpa harus melihat kepentingan sendiri ataupun golongan.
posted by aNnN-beLL at 00.37 0 comments