tUGaZ-tU9aZ s0FtZkiL

Rabu, 04 Mei 2011

rENun9an

Ayah Maafkan Aku

Sepasanga suami istri, seperti pasangan lain di kota-kota besar
meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja.
Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusi tiga setengah tahun.
Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunnya karena sibuk
bekerja di dapur.

Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai
tempat mobil ayahnya diparkirkan, tetapi karena lantainya terbuat dari
marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru
ayahnya. Ya.. karena mobil itu berwarna gelap maka coretannya tampak
jelas, apalagi anak ini  pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayan dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari
macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan, maka ia beralih ke
sebelah kiri mobil. dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri,
lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikuti imaginasinya. Kejadian
itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil
yang baru dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si
bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan
siapa ini!!!"...

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga
beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih-lebih melihat wajah
bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus
mengatakan " Saya tidak tau..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja
yang kau lakukan?" hardik si istri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Dita yang membuat gambar itu
ayahhh...cantik... kan !" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermaja
seperti biasa... Si ayah yang sudah hilang kesabarannya mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2
ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa menangis
kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah
memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan si ibu cuma mendiamkannya saja, seolah merestui dan merasa puas
dengn hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbua apa... Si ayah cukup
lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti dengan tangan kiri
anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah
tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil
luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak itu. Sambil menyiramnya
dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan
pedih saat luka2nya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan
anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu
rumah. Keesokan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu
rumah mengadu ke majikannya, "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang
menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran
pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya
sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu
rumah. "Dita deman, Bu".. jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol
aja," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat
dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu
kamar pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan
tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas, "Sore nanti kita awa ke
klinik... Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si
anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa
ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius.... Setelah beberapa hari di
rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada
pilihan.."kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu
dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut.." Ini sudah
bernanah, demi menyelamatkan nyawanya, maka kedua tangannya harus dipotong
dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena
halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi
apa yang dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata
istrinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan
pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikan
habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua
tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian
ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua
menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air
mata. "Ayah.. ibu.. Dita tidak akan melakukannya lagi... Dita tak mau lagi
ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah... sayang ibu.",
katanya berulang kali membuat si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita
juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah,
sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil... Dita janji tidak akan
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?... Bagaimana
Dita mau bermain nanti?... Dita janji tidak akan mencoret2 mobil lagi,"
katanya berulang-ulang.

Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat
hati namun sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur. Pada akhirnya si anak
cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum
mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...

Tahun demi tahun kedua orang tua terebut menahan kepedihan dan kehancuran
batin sampai suatu saat sang ayah tidak kuat lagi menahan kepedihannya dan
wafat diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi...
Namun... si anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut
tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Kadang kita lebih mendewakan hal-hal duniawi...
barang2 di dunia bisa diperbaiki, bisa dibeli tapi tubuh manusia??

Barang dapat kita beli tapi nyawa...?? walau engkau punya seluruh dunia
pun... engkau tidak akan dapat membeli harga 1 nyawa...
posted by aNnN-beLL at 03.12

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home